Cerita
“ASAL MULA DAM BAGONG”
Pada zaman dahulu Trenggalek terkenal daerah yang tandus dan kering, sehingga banyak orang makan nasi tiwul / gaplek. Hal itu menjadikan rasa keprihatinan bagi punggawa pemerintahan Kadipaten Trenggalek khususnya Adipati Minak Sopal. Karena rasa tanggung jawabnya terhadap rakyatnya, maka Adipati Minak Sopal punya gagasan untuk membangun Dam agar airnya bias mengaliri sawah-sawah yang ada di wilayah Trenggalek yang dulu terkenal sawah tadah hujan. Dalam mewujudkan gagasan itu Adipati Minak Sopal membangun Dam di daerah Bagong.
Untuk membangun Dam Bagong tidak mudah karena arus air dari kawasan utara sangat besar sehingga Dam itu jebol dan rusak. Jebol dan rusaknya Dam itu ternyata karena ulah dari Penguasa Kawasan Gunung Wilis yang terkenal sakti bernama Raja Bedander. Konon Raja Bedander bermusuhan dengan Adipati Minak Sopal karena perebutan wilayah. Untuk itu Raja Bedander mengancam Trenggalek akan dimusnahkan dengan cara mendatangkan air yang besar dar4i sungai sebelah utara Trenggalek. Karena ada ancaman dari Raja Bedander maka Adipati Minakm Sopal berupaya menanggulangi dengan cara membuat Dam Bagong.
Namun sebelum mengulas tentang Dam Bagong perlu kita menyimak peristiwa permusuhan Raja Bedander dengan Adipati Minak Sopal. Dulu Raja Bedander mempunyai wilayah di kawasan lereng Gunung Wilis. Karena ambisinya dia ingin mengembangkan wilayah ke selatan.
Wilayah selatan adalah wilayah kawasan Adipati Minak Sopal sehingga terjadi perebutan wilayah. Agar tidak mengorbankan rakyatnya maka Adipati Minak Sopal mengajak bertanding Raja Bedander adu kesaktian. Karena tantangan dari Adipati Minak Sopal maka Raja Bedander beserta prajuritnya berangkat bersama-sama menuju Trenggalek, Karena perjalanannya dari lereng Gunung Wilis sangat jauh, maka rombongan Raja Bedander beristirahat di daerah Srabah dengan menancapkan payungnya di tanah yang akhirnya sampai sekarang bekas istirahatnya Raja Bedander di Srabah dinamai Watu Payung karena ada batu yang menyerupai payung.
Usai istirahat di Srabah berangkat ke selatan. Di selatan desa Srabah rombongan Raja Bedander istirahat lagi sambil menghibur diri dengan diiringi gamelan. Rasa capeknya sudah hilang rombongan berangkat lagi ke selatan.
Namun sebelum berangkat gamelan pengiring tadi Ia sabda jadi batu yang sekarang dinamai “Batu Gong” atau batu gamelan, karena ada batu-batu yang menyerupai alat gamelan.
Di sekitar Ngares tepatnya di tengah hutan Raja Bedander bertemu dengan Adipati Minak Sopal. Mereka berkelahi adu kesaktian sampai berhari-hari. Karena kelelahan mereka istirahat, usai istirahat mereka berdua mengajak bertanding lagi dengan cara adu ayam. Ayam mereka berdua juga sangat sakti, karena setiap adu cakar terjadi percikan api. Namun pada suatu saat ayam Adipati Minak Sopal menghantam dan mencakar ayam Raja Bedander dengan kerasnya sehingga ayam itu jatuh terduduk. Setelah jatuh terduduk ada kejadian aneh bahwa ayam Raja Bedander menjadi batu dan ayam Adipati Minak Sopal menjadi bongkahan besi baja.
Ternyata karena kesaktian dari masing-masing penguasa itu, Raja Bedander menciptakan ayam jago dari batu dan Adipati Minak Sopal menciptakan ayam jago dari besi baja. Untuk itu sampai sekarang bekas tempat adu jago itu dinamai “Watu Jago”, karena di situ ada batu menyerupai ayam jago.
Nah karena merasa belum kalah Raja Bedander mengajak lagi bertanding adu kesaktian. Namun pada perkelahian kali ini Raja Bedander kena sabetan keris Adipati Minak Sopal tepatnya mengenai kemaluannya sehingga putus. Akhirnya Raja Bedander lari sambil memegangi kemaluannya dan darahnya tercecer di jalan. Dia istirahat darah tetap mengalir sehingga tanah itu diberi nama “Lemah Bang” yang artinya tanah merah. Raja Bedander walaupun sudah kalah tetap belum menerima kekalahannya bahkanb akan mendatangkan banjir banding dari lereng Gunung Wilis. Untuk menjaga ancaman dari Raja Bedander maka ada syarat yaitu harus membuat bendungan air. Tempat yang cocok adalah di daerah Bagong, namun memerlukan tumbal.
Hal ini diperoleh wisik (bisikan) dari orang tua Adipati Minak Sopal yang ayahnya siluman Raja Buaya dan ibunya bernama Roro Amis. Dari saran orang tuanya itu bahwa Dam (bendungan) tidak akan jebol apabila diberi tumbal gajah putih. Padahal gajah putih yang punya hanya Mbok Roro Krandon dari Ponorogo, maka suatu hari berangkatlah Adipati Minak Sopal ke Ponorogo mau pinjam gajah putih. Karena mau dipinjam maka gajah putih diberikan pada Adipati Minak Sopal. Gajah Putih sebelum dijadikan tumbal dikandangkan di daerah Gempleng yang sampai sekarang peninggalannya diberi nama “Watu Kandang”.
Pada suatu hari Gajah Putih dibawa ke Dam Bagong untuk disembelih dan dibuang dalam Dam (bendungan) itu. Wal hasil memang bendungan itu kuat dan tidak jebol. Namun bagi Mbok Roro Krandon menjadi cemas karena gajah putih miliknya belum juga dikembalikan sehingga mereka tunggu di Gunung perbatasan Ponorogo, Trenggalek. Bahkan karena terlalu lama menunggu tongkat Mbok Roro Krandon dimakan ngengat 9rayap), sehingga menjadi lapuk (bubuken). Wal hasil tidak kunjung dating sehingga bekas tempat menunggu Mbok Roro Krandon itu dinamakan “Gunung Sebubuk”.
Mendengar Gajah Putih miliknya disembeleih untuk tumbal bendungan atau Dam Bagong maka mereka iklas demi keamanan dan kesejahteraan rakyat Trenggalek. Untuk itu sampai sekarang adat menyembelih gajah, setiap tahunnya diganti dengan kerbau. Dimana prose situ berlangsung sacral dan meriah. Pada hari itu di lokasi Dam Bagong diadakan sembelih kerbau, kepala dan kaki dibuang ke bendungan Dam Bagong untuk diperebutkan oleh orang-orang. Sedangkan dagingnya dimasak untuk menjamu para undangan.
Di malam hari diadakan pagelaran wayang kulit semalam suntuk hingga pagi harinya dilaksanakan prosesi ruwatan dengan tujuan agar seluruh masyarakat Trenggalek terhindar dari bencana dan ditingkatkan kesejahteraannya.
Demikian cerita tentang asal mula Dam Bagong yang berada di Kelurahan Ngantru Kecamatan / Kabupaten Trenggalek.
 
vNilai-nilai / Hikmah yang bias diambil dari cerita tersebut adalah :
Dengan adanya Dam Bagong sawah-sawah yang ada di daerah Trenggalek bagian dataran yang semula sebagai sawah tadah hujan dan mengalami kekeringan di musim kemarau, namun dengan adanya Dam Bagong maka sawah itu berubah statusnya menjadi sawah irigasi, sehingga pada musim kemaraupun dapat diolah sekaligus sebagai penahan banjir di musim penghujan.

Sumber : Sesepuh Keraton Trenggalek

Asal-Usul
Nama Jaka Tarub terdapat dalam Babad Tanah Jawi, yaitu kumpulan naskah yang berisi sejarah Kesultanan Mataram. Tidak diketahui siapa nama asli Jaka Tarub, ataupun nama asli kedua orang tuanya.
Dikisahkan ada seorang pemuda, sebut saja Jaka Kudus, mengembara karena dimarahi ayahnya (KI Ageng Kudus).Singkat cerita, Dalam pengembaraanya Jaka Kudus menikahi putri Ki Ageng Kembanglampir . Putri itu pun akhirnya meninggal saat melahirkan seorang bayi laki-laki.
Bayi laki-laki yang ditinggal mati ibunya itu, ditemukan seorang pemburu bernama Ki Ageng Selandaka. Si bayi digendong sambil mengejar burung sampai ke desa Tarub. Karena suatu hal, Ki Ageng Selandaka akhirnya meninggalkan bayi tersebut sendirian.
Untunglah, si bayi ditemukan seorang janda, sebut saja Nyai Ageng Tarub, dan dijadikan anak angkat. Oleh penduduk sekitar ia dipanggil dengan nama Jaka Tarub.
Versi lain( Majalah Jayabaya) bahwa Jaka Tarub sesungguhnya adalah putra dari pernikahan Syech Maulana Maghribi Azamat Khan dengan Dewi Rosowulan, adik Sunan Kalijaga.Sang Syech mempunyai garis keturunan(nasab) hingga Nabi saw.Dan agaknya inilah yang mendekati kebenaran.
Dikisahkan ada seorang pemuda, sebut saja Jaka Kudus, mengembara karena dimarahi ayahnya (KI Ageng Kudus).Singkat cerita, Dalam pengembaraanya Jaka Kudus menikahi putri Ki Ageng Kembanglampir . Putri itu pun akhirnya meninggal saat melahirkan seorang bayi laki-laki. 
Bayi laki-laki yang ditinggal mati ibunya itu, ditemukan seorang pemburu bernama Ki Ageng Selandaka. Si bayi digendong sambil mengejar burung sampai ke desa Tarub. Karena suatu hal, Ki Ageng Selandaka akhirnya meninggalkan bayi tersebut sendirian.
Untunglah, si bayi ditemukan seorang janda, sebut saja Nyai Ageng Tarub, dan dijadikan anak angkat. Oleh penduduk sekitar ia dipanggil dengan nama Jaka Tarub.
Joko Tarub suka berburu di hutan lebat yang tidak jauh dari rumahnya. Pada suatu hari, Joko Tarub pergi ke hutan dengan membawa tulup, senjata kesayangannya. Meskipun sudah berkali-kali ibunya melarangnya pergi, Joko Tarub masih saja pergi ke hutan. Hingga matahari hampir tenggelam, Joko Tarub belum juga pulang. Nyai Tarub menanti anaknya yang hanya seorang itu.
Nyai Tarub : (Keluar dari rumah, melihat ke arah hutan sambil melihat ke kiri ke kanan mencari anaknya).
Ruuub Taruuub, kemana saja anak ini. Ruub Taruuub.
Joko Tarub : (Datang dari arah hutan dengan wajah berseriseri).
Buuu, Ibuu ... lihatlah aku membawa seekor kinjeng.
Nyai Tarub : Aduuuuuh, anakku, kemana saja kamu. Sudah berapa kali Ibu peringatkan jangan bermain di hutan lagi, hutan itu angker.kalau kau hilang di sana, siapa yang menemani Ibu.
Tarub : Uuuuh, di sana banyak kupu dan kinjeng besar-besar Bu. Kinjengnya bermacam - macam, lihatlah ada bintik kuning di kepalanya.
Nyai Tarub : Itu bukan kinjeng, itu bang-bang erang kuning.
Joko Tarub : Bagus ya Bu, bang-bang erang kuning ini, di hutan ada yang berwarna merah. Besok aku akan mencari lagi dengan tulup ini.
Nyai Tarub : Hus! Jangan masuk hutan lagi. Ayo pulang hari sudah gelap. 
(Nyai Tarub menarik lengan anaknya, supaya masuk ke rumah.)

Suatu hari ia melanggar larangan ibu angkatnya supaya tidak berburu sampai kawasan Gunung Keramat. Di gunung itu terdapat sebuah telaga tempat tujuh bidadari mandi.
Jaka Tarub : Sepertinya aku mendengar suara gadis gadis yang sedang bersenda gurau, dari mana asal suara itu? ( Jaka Tarub berjalan pelan-pelan sambil mengendap ngendap di balik rerumpunan pohon di tepian sungai) Oooooh …. Itu rupanya mereka …..Wowwww … mereka bidadari dari kahyangan, cantik – cantik semua mereka. Nah itu selendang-selendang mereka, aku akan mengambil dan menyembunyikannya. ( Lalu Jaka Tarub mengambil salah satu selendang dari bidadari-bidadari itu). 
Ketika acara mandi selesai, enam dari tujuh bidadari tersebut kembali ke kahyangan. Sisanya yang satu orang bingung mencari selendangnya, karena tanpa itu ia tidak mampu terbang.Bidadari itu bernama Dewi Nawangwulan.
Nawangwulan : Ya Tuhan….. bagaimana ini ……dimana selendangku ….. aku tak dapat pulang tanpa selendang itu. Kakak…… tunggu aku, Bantu aku mencari selendangku. 
6 bidadari : Maaf adinda ….. kami tak dapat membantumu, waktu kita sudah habis, jika sampai kita terlambat sampai kahyangan ibunda Ratu akan marah besar. Selamat tinggal adik ………….. maafkan kami….
( Ke-enam bidadari itu terbang kembali ke kahyangan meninggalkan Nawangwulan sendirian)
Nawangwulan : Tolong ….. tolong …….. tolong aku ……..aku sebatangkara di sini…. Tolong aku….. aku berjanji…. Jika yang menolongku perempuan aku akan menjadikannya sebagai saudaraku dan jika yang menolong laki – laki akan aku jadikan suamiku. ( sambil menangis tersedu-sedu di dekat bebatuan )
Jaka Tarub : Hai putri….Kenapa kamu menangis, apa yang terjadi padamu? (pura-pura tidak tahu dengan apa yang telah terjadi)
Nawang wulan : Selendangku hilang tuan…. Aku sendirian ditinggal kakak-kakakku….. Tanpa selendang itu aku tak bisa terbang ke langit.
Jaka Tarub : Sudah ….. jangan menangis lagi, aku akan menolongmu, kamu bisa tinggal dirumahku. Kenalkan namaku Jaka Tarub, kalau boleh tahu siapa namamu?
Nawangwulan : Namaku Nawangwulan, aku punya 6 saudara, Aku putri dari Raja Langit, ayahku bernama Maudara. Baiklah Jaka aku bersedia ikut pulang denganmu dan aku akan menepati janjiku bahwa aku akan bersedia menjadi istri bagi yang telah menolongku
Akhirnya Keduanya akhirnya menikah dan mendapatkan seorang putri bernama Dewi Nawangsih. Selama hidup berumah tangga, Nawangwulan selalu memakai kesaktiannya. Sebutir beras bisa dimasaknya menjadi sebakul nasi. Suatu hari nawang wulan harus pergi ke sungai untuk mencuci pakaian dan Jaka Tarub bersama putrinya di rumah.
Nawangwulan : Kakangmas….. aku harus segera mencuci ke sungai, cucianku banyak, aku takut kesiangan, bisakah kakang Tarub menjaga Nawangsih dan menunggu nasi sampai matang?
Jaka Tarub : Baiklah istriku, pergilah dan segera kembali ya….
Nawangwulan : Iya Kakang, tapi ada satu pesan yang harus kakang taati, jangan sekali-kali membuka tutup sebelum nasi matang.
Jaka Tarub : Iya Nawangwulan… Kakang Jaka akan mematuhinya.
Nawangsih : Oeeeee…..oeeeeeeeeeeeeeeeee….. (sambil menangis)
Jaka Tarub : Tunggu sebentar nak ….. nasinya belum matang. Sabar ya …..
Nawangsih : (tetap menangis) Oeeeeeeeee……Oeeeeeeee
Jaka Tarub tak tega melihat putrinya menangis kelaparan. Dia lupa dengan pesan istrinya dan ia membuka penutup penanak nasi itu. Namun Jaka Tarub terkejut dengan apa yang ada dihadapannya.
Jaka Tarub : Astaga ….. sebutir beras ? Istriku menanak nasi hanya dengan sebutir beras ? Benar saja persediaan padi kami seolah tak berkurang kami makan berbulan-bulan. Ternyata istriku punya kesaktian.
Nawangwulan : Kakang Jaka ….. aku kembali ……lho anak kita kok menangis kenapa kakang ? Apa nasi belum matang juga? (Sambil membuka penutup penanak nasi) 
Nawangwulan terkejut melihat butiran beras yang belum berubah menjadi nasi. Nawangwulan tahu kalau suaminya telah melanggar janjinya untuk tdak membuka penutup penanak nasi itu. 
Nawangwulan : (sambil menangis) Kakang …. Kenapa kamu langgar janjimu untuk tidak membuka nasi itu sebelum matang? Karena perbuatan Kakang Jaka semua kesaktianku hilang, aku tak bisa apa – apa sekarang…..
Jaka Tarub : Maafkan aku Nawangwulan, tadi anak kita menangis karena lapar dan minta makan, aku tak tega melihatnya dan aku tak sabar menunggu nasi sampai matang. Aku tak sengaja melakukannya. Maafkan Kakang ya …!
Nawangwulan : Baiklah Kakang Jaka …… 
Sejak saat itu ia menanak nasi seperti umumnya wanita biasa.Tangannya menjadi kasar karena harus menumbuk padi setiap hari. Maka, persediaan beras menjadi cepat habis. Ketika beras tinggal sedikit, Nawangwulan menemukan selendang pusakanya tersembunyi di dalam lumbung. Nawangwulan pun marah mengetahui kalau suaminya yang telah mencuri benda tersebut. 
Nawangwulan : Kakang ….. kakang Jaka ……………..(sambil marah)
Jaka Tarub : Ada apa Nawangwulan …..?
Nawangwulan : Ternyata kakang Jakalah orang yang mencuri selendang pusakaku kala itu. Kenapa Kakang Jaka tak berterus terang padaku, kenapa Kakang Jaka tega melakukan itu padaku ?!
Jaka Tarub : Kakang mencintaimu Nawangwulan …………..
Nawangwulan : Karena selendang pusakaku telah ketemu, Aku harus kembali ke kahyangan Kakang …. Maafkan aku… aku tak bisa mendampingimu lagi. Jaga anak kita kakang ……. Selamat tinggal…..!!!!
Jaka Tarub memohon istrinya untuk tidak kembali ke kahyangan. Namun tekad Nawangwulan sudah bulat. Hanya demi bayi Nawangsih ia rela turun ke bumi untuk menyusui saja. 
Semenak perpisahan mereka, derita demi derita pun kemudian datang mendera. Tidak hanya pada diri Jaka tarub dan putrinya Nawang Asih, tetapi juga pada Nawang Wulan di Istana Langit. Puncaknya adalah ketika Istana Langit yang didiami oleh keluarga Nawang Wulan diserbu oleh segerombolan jin jahat pimpinan Bintara yang sudah lama ingin mempersunting tidak hanya Nawang WUlan tetapi juga ke 6 saudaranya yang lain. Keinginan yang tentu saja ditolak mentah-mentah oleh ke 7 bidadari maupun orangtua mereka.
Akibatnya fatal ! Pertempuran antara jin pun tak dapat lagi dihindari. Istana Langit berhasil dikuasai oleh Bintara setelah lebih dulu menaklukan Maudara. Raja dari ayah ke 7 bidadari yang kemudian jatuh terhempas ke bumi, persis ke permukaan telaga tempat dimana Jaka tarub tengah meratapi nasib malangnya.
Mantu dan mertua pun saling berbagi cerita. Antara lain, Nawang Wulan dapat turun kembali ke bumi dan hidup sebagai manusia biasa, jika Jaka tarub mampu menebus kesalahannya dulu. Mencuri selendang Nawang Wulan. Yakni, menyelamatkan Nawang Wulan dan ke 6 saudaranya yang lain dari kedzaliman serta angkara murka jin jahat Bintara.
Dan untuk itu Jaka Tarub harus terbang ke Istana Langit. Siap berkorban nyawa demi hasrat yang kuat dan tulus untuk kembali menyatukan keluarganya dalam kehidupan yang tenang dan damai.
Jaka Tarub kemudian menjadi pemuka desa bergelar Ki Ageng Tarub, dan bersahabat dengan Brawijaya raja Majapahit. Pada suatu hari Brawijaya mengirimkan keris pusaka Kyai Mahesa Nular supaya dirawat oleh Ki Ageng Tarub.
Utusan Brawijaya yang menyampaikan keris tersebut bernama Ki Buyut Masahar dan Bondan Kejawan, anak angkatnya. Ki Ageng Tarub mengetahui kalau Bondan Kejawan sebenarnya putra kandung Brawijaya. Maka, pemuda itu pun diminta agar tinggal bersama di desa Tarub.
Sejak saat itu Bondan Kejawan menjadi anak angkat Ki Ageng Tarub, dan diganti namanya menjadi Lembu Peteng. Ketika Nawangsih tumbuh dewasa, keduanya pun dinikahkan.
Setelah Jaka Tarub meninggal dunia, Lembu Peteng alias Bondan Kejawan menggantikannya sebagai Ki Ageng Tarub yang baru. Nawangsih sendiri melahirkan seorang putra, yang setelah dewasa bernama Ki Getas Pandawa.
Ki Ageng Getas Pandawa kemudian memiliki putra bergelar Ki Ageng Sela, yang merupakan kakek buyut Panembahan Senapati, pendiri Kesultanan Mataram.

Endang Retnowati iku putrane Prabu Brawijaya ing Majapahit. Kejaba ayu rupane, tangkepe, uga grapyak semanak marang sapa wae. Babar pisan ora mbeda-mbedakake drajad Ian pangkat.
Akeh nom-noman kang kesengsem karo Endang Retnowati. Ora sethithik para Pangeran Ian putra ratu sing kepengin ngepek putri Majapahit mau minangka garwa. Ewadene ora ana siji wae sing bisa ngrebut atine Endang Retnowati.
"Putraku Endang Retnowati:' ngendikano. Prabu Brawijaya sawijine dina. "Sliramu wis diwasa.Wis wayahe kagungan garwa. Nanging, geneya nganti saiki atimu isih tinutup kanggo priya?"
"Nyuwun duka, Kanjeng Rama. Kula dereng badhe emah-emah menawi dereng kasembadan gegayuhan kula:'ature Endang Retnowati kanthi kurmat.
"Sing dadi gegayuhanmu iku apa, Ngger?
"Kula kepengin gesang wonten ing laladan ingkang sepi. Kula kepengin sinau bab, agami, Kanjeng Rama"
"Yen mung kepengin sinau bab agama, ora perlu ndadak mapan ing laladan kang mencil. Sliramu bisa nyinau Kitab Suci:'ngendikane Sang Prabu kanthi sareh. "Ngene ya Ngger, luwih becik sliramu tetep manggon ing kraton. Rama bakal nggolekake guru agama sing paling batik."
Prabu Brawijaya ora ngeparengake Endang Retnowati metu saka kraton. Bab iku njalari Endang Retnowati rumangsa kaya manggon sajrone pakunjaran.
Sawijining dina, mbeneri tengah wengi Endang Retnowati lunga saka kraton. Ora ana nayaka praja siji wae kang ngonangi lungane. Kanthi menganggo sandhangan prasaja, Endang -Retnowati mlaku menyang arah wetan. Mlebu metu alas tanpa rasa wedi.Yen bengi dheweke nginep ing omahe wong ndesa, yen wis esuk bali nutugake laku.
Sawise sawatara sasi anggone mlaku, Endang Retnowati tekan papan kang sepi banger. Laladan kono hawane sager. Manuk¬manuk padha.ngoceh pating cruwet. Ing papan iku uga ana kali, jenenge kali Jompo. Banyune bening, iwak-iwak padha lelangen kanthi mardika.
Putri kraton Majapahit iku rumangsa nemokake papan sing dadi idham-idhamane. Apa maneh Endang Retnowati krungu kabar, yen ing sacedhake kali Bedadung sing dununge ora adoh saka kono, ana Brahmana kang ngerti sadurunge winarah. Marang Brahmana mau Endang Retnowati niyat maguru Ian sinau agama. Niyate wis golong gilig, Endang Retnowati kepengin dedunung ing kono.
Wayahe wis sore. Endang Retnowati arep adus ing kali jom.po. Durung nganti kelakon, dumadakan ana nom-noman teka ing papan kono. Sajake nom-noman kuwi putra ratu sing lagi mbebedbag.
"Slirarnu kuwi sapa? Ing papan sepi ngene mung ijen wae,apa sliramu ora wedi?" clathune nom-noman iku.
Endang Retnowati ora sida adus. Gandheng nom-noman iku nuduhake patrap kang becik, Endang Retnowati uga aweh tanggapan becik Wong loro terus rembugan kayo lungguh ing, sandhuwure wot. Ewadene Endang Retnowati ora blaka yen sejatine dheweke iku putrane Prabu Brawijaya ing Majapahit.
"Aku wis kulina mlebu metu alas, Hanging lagi sepisan iki aku weruh kanyatan sing gawe sengseming atiku," kandhane si nom-noman.
"Kanyatan sing kepriye sing wis kelakon gawe sengseming atimu?" Endang Retnowati takon.
"Aku weruh sawenehing wanita sulistya. Kasulistyane wanita mau kaya widadari sing Hate dakrungu ing dongeng. Lan blaka suta was aku tresna marang dheweke."
"Wanita iku sapa? Apa aku kena weruh?"
'Wanita mau ora liya ya sliramu:' kandha ngono iku nom-noman iku nyiwel pipine Endang Retnowati.
Ora ngira yen bakal dijawel pipine, Endang Retnowati ora kober endha. Sakala raine abang manger-mangar. Endang Retnowati tumungkul ora let suwe eluhe tumetes.
"Hlo, geneya sliramu nangis? Apa ana tetembungan utawa tumindakku sing nglarani atimu?" pitakone nom-noman iku_
Endang Retnowati ndhengengek, banjur wangsulan sereng, "Mangertia, aku iki putri raja Majapahit. Nalika umurku ngancik diwasa, ora ana pemudha sing dak lilani nyiwel pipiku. Nanging ing dins iki shrarnu wis wani lancang!"
"Oh, nyuwun pangapunten, Gusti Putri. Saestu kula mboten mangertos menawi panjenengan putri Majapahit," pemudha iku rumangsa nggetuni tumindake.
"Daksepura tumindakmu, Hanging ora ateges bisa ngilangi apa sing wis koktindakake. Mangertia, anggonmu lancang njalari awakku dadi jember. Kowe ngerti apa tegese jember?"
"Jember tegesipun suker, rusuh utawi reged."
"Bener. Dadi, aku saiki minangka wanita sing wes reged, wis ora . suci maneh Mulo minangka tandha pangeling-eling, suk yen rejane jaman, papan kene dak jenengake Jember………….”
Wusanane papan sing mencil iku dadi desa cilik. Saya suwe saya rame sebab ketekan wong¬-wong anyar. Nganti saiki jenenge panggah lestarL Mangkono mau asal-usule Jember, sawijine kutha ing Provinsi JawaTimur iring wetan,kang senajan nduweni teges reged, nanging kuthane pranyata resik, Seger, Ian edi peni. Ora percaya. Coba tindaka mrana.

Sumber : Sejarah nenek moyang

DIALOG FRAGMEN KESEJARAHAN
MENAK SOPAL TOKOH SEJARAH BABAT KOTA TRENGGALEK
Suasana kota Trenggalek tempo dulu sangatlah memprihatinkan, sebab banyak yang sangat menderita, karena kekurangan air untuk mengairi sawah dan ladangnya. Oleh sebab itu maka Bupati Trenggalek pads waktu itu mengadakan musyawarah dengan para penduduk yang intinya secara bersama-sama dan bahu membahu membuat Sudatan Air / DAM / Kedung yang fungsinya dapat mengairi sawah-sawah di Trenggalek, namun pekerjaan tersebut tidaklah semudah seperti apa yang direncanakan sebelumnya. Apabila Kedung/DAM yang dibuat siang hari sudah cukup baik, maka malamnya rusak, begitu pula sebaliknya apabila dikerjakan malam hari sudah baik, maka esoknya sudah rusak lagi.
Akhirnya Bupati Trenggalek memerintahkan kepada warganya untuk menghentikan pcmbuatan Kedung/DAM tersebut dan menunggu perintah lebih lanjut dari bupati. Demikian dialog antara Bupati dengan warganya :
Bupati:Wahai rakyat Trenggalek, Sudah beberapa hari kalian bekerja keras tanpa pamrih. Mengerjakan Sudatan Airini, namun hasilnya selalu gagal, untuk itu saya perintahkan, untuk menghentikan 'pekerjaan ini dan saya akan bersemedi untuk meminta petunjuk kepada sang Hyang Widi bagaimana caranya agar pembuatan Sudatan Air/DAM ini bisa segera terwujud.
Dan untuk sementara semua bubar dulu untuk pulang ke rumah masing  -masing dan saya mengucapkan banyak- banyak terima kasih atas kesediaandan pengorbanan kalian.
Warga: Sendiko dawuh Gusti Kanjeng Bupati, kami semua
akan istirahat dan menunggu perintah selanjutnya dari Gusti
Kanjeng Bupati. Nyuwun pamit Gusti.........
Bupati: Silahkan istirahat wahai rakyatku ....... dan doakan semoga
semediku,
berhasil
Selang beberapa saat setelah warganya membubarkan diri,dan tempat sekitar calon DAMiSudatan Air sudah sepi sunyi, maka Bupati segera mengambil tempat untuk duduk bersila dan bertapa / bersemedi untuk mengheningkan cipta minta petunjuk kepada SangHyang Widi. Dalam semedinya beliau mendapatkan. Ilham / Wangsit dari Tuhan, yang intinya bahwa :
1.Keberhasilan dalam pembuatan Sudatan Air / DAM akan dibantu oleh
seorang Empu dari Majapahit yang bemama MENAK SOPAL.
2.Dalampembuatan DAM akan menemui hambatan/ gangguandilakukan
olehseekor BUAYA PUTIH.
2.Si Buaya Putih siap membantu pembuatan DAM dan tidak akan
mengganggu asalkan diberisesaji / sajen berupa KEPALA SEEKOR
GAJAH PUTIH.
Beberapa hari setelah semedi, Bupati Trenggalek kedatangan seorang tamu dari Majapahit yaitu MENAK SOPAL, dimana dengan tidak sengaja Menak Sopal mengadakan perjalanan ke Mataram lewat Trenggalek dan saat masyarakat sedang mendapat kesulitan pembuatan Sudatan Air/ DAM, maka Menak Sopal menawarkan. diri untuk itu membantu membuat DAM tersebut ke Bupati Trenggalek.
Dialog antara Bupati, Menak Sopal dan Warga Trenggalek :
Bupati: Selamat datang Menak Sopal .... sugeng rawuh di bumi
Trenggalek,anda datang tepat waktu seperti apa yang telah
diilhamkan oleh Tuhan YME kepada saya dan masyarakat
Trenggalek.
Menak Sopal: Matur nuwun Gusti Kanjeng Bupati, hamba siapmembantu
masyarakat Trenggalek dalam rangka pembuatan DAM. Biar
masyarakat Trenggalek tidak kekurangan air dan tidak menderita
lagi
serta tercapainya cita-cita. rakyat Trenggalek, yaitu : Trenggalek
yang gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo
Warga: Hidup Menak Sopal……! Hidup Gusti Kanjeng Bupati ....! Hidup
Trenggalek ...... !
Bupati: Wahai Menak Sopal dan wargaku masyarakat Trenggalek
yangkucintai karena dalam ilham dari Tuhan YME menyebutkan bahwa yangmembuat gangguan dalam pembuatan DAM tersebutadalah seekor Buaya Putih, dan sudah saya temui, si buaya putih tersebut akan saya bunuh, namun dia minta ampun dan siap membantu dalam pembuatan DAM tersebut asal diberi sesaji / sajen Kepala Seekor Gajah Putih ......
Menak Sopal:Hamba sanggup Gusti Kanjengterns di wilayah mana hamba
bisa menemukan Gajah Putih tersebut ..!
Bupati: Yang memiliki Gajah Putih adalah Mbok Rondo Kerandon di sekitar
wilayah Karangan di Desa Tugu di perbatasan antara Trenggalek –
Ponorogo. Bagaimana Menak Sopaljelas atau tidak keterangan
ini.
Menak- Sopal :Jelas sekali Gusti Kanjeng Bupatinamun apa boleh Gajah
Putih tersebut dipinjam untuk dijadikan sesaji/ tumbal.
Bupati: Jelas tidak boleh Menak Sopa; ……., ini semua saya serahkan sepenuhnya sepenuhnya kepada kalian wargaku dengan cara bagaimanapun agar supaya Gajah Putih bisa digunakan untuk tumbal dalam pembuatan DAM
Menak- Sopal : Kalau memang demikian kami semua mohon doa restu
GustiKanjeng Bupati, agar kami bisa membawa Gajah Putih
tersebut untuk kami jadikan tumbal dalam pembuatan DAM nanti
Bupati: Saya merestui Menak Sopal…..dan dengan petunjuk
ilham dariTuhan YME kalian pasti bisa membuat DAM
tersebut bersamamasyarakat Trenggalek.
Menak Sopal: Sembah sujud .... Gusti Kanjeng Bupati……
Warga: Kami semua mohon doa restu dalam membantu Gusti Menak
Sopal.... Kanjeng Bupati ..., sembah sujud Kanjeng ......
Bupati: Oh ....... jelas saya merestui semua masyarakatku
semoga Tuhan YME selalu bersama kita semua dan
pembangunan DAM segeraterwujud agar masyarakat
Trenggalek bisa hidup sejahtera .... Amiin.
Dan setelah pertemuan itu Bupati kembali ke Pendopo Trenggalek untuk meneruskap pekerjaan yang lain, sedang Menak Sopal bersama beberapa warga Trenggalekmengadakan musyawarah bagaimana caranya agar Gajah Putih bisa dipinjam. Kalau Gajah putih diminta dengan terns terang untuk dijadikan tumbal jelas tidak boleh. Oleh karena itu dengan tipu muslihatnya yang cerdik Menak Sopal menemukan cara dengan alasan meminjam untuk suatu kegiatan/ kirap Gajah di Pendopo Trenggalek. Beberapa warga menyetujuinya dan berangkatlah saat itu juga rombongan Menak Sopal ke rumah Mbok Rondo Kerandon.
Dialog antara Menak Sopal dengan MbokRondo Kerandon
Menak Sopal: Selamat pagi ...... Mbok Rondo Kerandon, perkenalkan saya Menak
Sopal utusan dari Pendopo Trenggalek atas Nama Gusti
KanjengBupati akan pinjam Gajah Putih untuk dipergunakan
acara kirapbeberapa hari di alon- alon Trengplek.
Mbok Rondo: Sugeng injingselamat datang di gubug kami Gusti Menak
Sopal,kalau boleh tahu hamba ingin bertanya ada acara apa kok
kirap gajah segala dan berapa lamanya pinjam Gajah Putih
hamba ...
Menak Sopal:Oh itu, Kirap Gajah Putih dalam rangka tasyakuran
pembuatanDAM atau Sudatan Air untuk mengairi sawah-
sawah dan lamanyapinjam selama 7 hari ......
Mbok Rondo: Oh……..kalau demikian boleh- boleh saja, asal jangan sampai lebih
dari 7 hari .... sebab Gajah Putih tersebut akan kami gunakan
untuk acara ruwatan di daerah sini ...
Menak Sopal: Hamba mengerti Mbok Rondo .... untuk itu hamba mengucapkan
banyak- banyak terima kasih atas bantuannya meminjamkan
gajah putihnya.
Mbok Rondo: Hamba juga mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada
GustiKanjeng Bupati yang telah memberikan kepercayaan
kepada hamba karena Gajah Putih akan dikirap di alon-alon
Trenggalek ………..
MenakSopal: Untuk mempersingkat waktu…………Gajah Putih hari ini pula.
Akansegera hamba bawa ke Pendopo Trenggalek…….untuk itu
mohondiikhlaskan biar acara ini lancar.....
Mbok Rondo: Oh iya hamba ikhlas meminjamkan Gajah Putih ini
besertaperlengkapannya tolong dibawa sekalian dan juga
sembah sujudhamba untuk Gusti Kanjeng Bupati …………
MenakSopal: Iyaterimakasih Mbok Rondo akan hamba haturkan ke Yang
Mulia Gusti Kanjeng Bupati ……………
Setelah Gajah Putih yang bernarna BAGONG di tangan Menak Sopal, maka Menak Sopal, dan warga Trenggalek yang mengantarkannya segera mohon pamit kepada Mbok Rondo Kerandon untuk pulang ke Pendopo. Namun kenyataannya Gajah Putih tidak di bawa ke Pendopo tapi langsung di bawa ke lokasi DAM/ Sudatan Air lalu disembelih dan kepalanya dimasukkan ke dalam DAM/ Kedung untuk tumbal/ sesaji si Buaya Putih yang bernama : BAJUL KOWOR, dan badan si Gajah Putih bersama peralatan cemetinya dikuburkan di dekat DAM tersebut dan sampai sekarang DAM tersebut dikeramatkan.
Setelah ritual penyembelihan gajah putih, secara. ghaib DAM/Kedung tersebut bisa dIgunakan untuk menampung air dari sungai dan bisa dialirkan untuk mengairi sawahsawah yang berada di desa-desa di wilayah kota Trenggalek.
DAM tersebut setelah bisa mengairi air ke sawah-sawah para penduduk akhimya diberi nama DAM BAGONG (sesuai dengan nama gajah putih yang disembelihnya),Bupati, Menak Sopal dan Masyarakat Trenggalek sangat bergembira sekali melihat.masvamkat Trenggalek yang hidup sejahtera tidak kekurangan air dan sangat bangga karena DAM yang diidam-idamkan bisa terwujud atas bantuan Menak Sopal. Namun masalah timbut setelah 7 hari berlalu, yaitu setelah masa waktu kesanggupanmcngembalikan si Gajah Putih kepada. Mbok Rondo Kerandon tiba, maka Mbok Rondo Kerandon mengirimkan 2 orang utusannya untuk minta kembali si Gajah Putih kepunyaannya.
Dialog Mbok Rondo dengan Menak Sopal :
Utusan Mbok Rondo : Wahai Gusti Menak Sopal kedatangan kami berdua kemariatas perintah dan purbo wasesa Mbok Rondo Kerandon untukmengambil kembali Gajah Putih yang Gusti pinjam selama 7 hari yang lalu ... karena gajah tersebut akan digunakan untukacara kirab pusaka di Kawedanan oleh Mbok Rondo ..!
Menak Sopal: Prajurit setia Mbok Rondo Kerandon yang tercinta dengan sangat menyesal saya tidak bisa mengembalikan Gajah Putih tersebut, karena Gajah Putih sudah saya sembelih dan kepalanya sudah saya gunakan sebagai sesaii/ tumbal di DAM BAGONG dan anggota badannya saya kuburkan di sekitar DAM
BAGONG atas seijin Gusti Kanjeng Bupatisaya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Mendengar laporan tadi marahlah 2 orang utusan Mbok Rondo dan terjadilah perkelahian antara Menak Sopal dengan 2 orang utusan tadi, akhimya kemenangan ada di Menak- Sopal (sebab Menak Sopal adalah seorang Empu dan juga Senopati dari
Majapahit), oleh karena itu dengan mudah Menak Sopal mengalahkan kedua orang utusan tadi bahkan telinga kedua orang tadi dipotong oleh Menak Sopal dan kedua orang tadi disuruh pulang menemui Mbok Rondo dengan tangan memegangi keduatelinganya yang telah dipotong oleh Menak Sopal tadi.
Dengan tangan hampa dan menahan sakit kedua orang tadi melaporkan kejadian yang menimpa dirinya kepada Mbok Rondo Kerandon, betapa marahnya Mbok Rondomendengar dan melihat kedua utusannya diciderai kedua telinganya dan Gajah Putih kesayangannya disembelih oleh Menak Sopal. Maka saat itu pula Mbok Rondo Kerandon memenntahkan rakyatnya untuk menangkap Menak Sopal hidup atau mati. Keadaan/ berita ini terdengar oleh Bupati Trenggalek, maka Menak Sopal disembunyikan oleh Bupati sebab Menak Sopal telah berjasa dalam pembuatan DAM BAGONG tersebut.
Tidak lama kemudian datanglah Mbok Rondo Kerandon dengan seluruh balatcntaranya untuk minta pertanggungjawaban dan keadilan kepada Bupati. Guna mencegah timbuInya pemberontakan yang hebat dan besar dan juga demi keselamatan Menak Sopal yang telah berjasa itu, maka Bupati menyanggupi untuk menangkap Menak Sopal dan menyerahkannya kepada Mbok Rondo Kerandon dalam waktu sesingkat-singkatnya.
Dialog antara Bupati dengan Mbok Rondo Kerandon :
Mbok Rondo : Kanjeng Bupati yang Mulia ....., kedatangan hamba
kemari hanyaminta keadilan dan pertanggungjawaban
Gusti Menak Sopal, karenaGaiah Putih kami disembelih
oleh beliau dan diiadikan tumbal/ sesaii di DAM
BAGONG…..????
Bupati: Tenang……..tenang dulu Mbok Rondo, saya akan membantu panjenengan .... saya jugs mohon maaf atas nama rakyat Trenggalekatas kekhilafan Menak Sopal, untuk itu.saya sarankan kepada Mbok Rondo ...... untuk pulang dan. mencegat Menak Sopal di perbatasan Tugu dan Ponorogo sebab rencananya Menak Sopal akan pulang ke Mataram, .... jelas Mbok Rondo .... ?
Mbok Rondo: Ohbegitu ... kalau ini memang perintah Kanjeng Bupati hamba akan rnelaksanakannya dan akan menunggu/ mencegat di perbatasan dengan balatentara hamba …….!!
Bupati:Terimakasih…….terimakasih ……atas pengertiannya dan
Selamat jalan serta selamat beduang Mbok
Rondo………..Semoga berhasil.
Mbok Rondo: Terimakasih kembali Kanjeng Bupati .......... hamba mohon pamit dan mohon doa restunya agar hamba bisa berhasil menangkap Menak Sopal!
Bupati:Iya…….iya saya. merestui Mbok Rondo .... hati-hati.
Sepeninggal Mbok Rondo Kerandon dari Pendopo Trenggalek, Bupati bisa bernapas lega sebab bisa menyelamatkan Menak Sopal sekaligus bisa mencegah teradinya pemberontakan antara prajurit Kadipaten Trenggalek dan bala tentara Mbok Rondo Kerandon. Padahal hal tersebut di atas hanyalah siasat Bupati agar Menak Sopal bisa selamat. Oleh sang Bupati Menak Sopal diberi pertolongan untuk meneruskan perjalanan pulang ke Mataram, tetapi tidak lewat jalan darat, namun lewat jalan terobosan/ terowongan bawah tanah/ urong-urong yang dibuatkan oleh Ki Bajul Kowor atas perintah Kanjeng Bupati.
Dialog antara Bupati dengan Menak Sopal
Bupati: Wahai Menak Sopalkemarilahada beberapa hal yang ingin
saya sampaikan kepada engkau.
Menak Sopal: Sendiko dawuh……Gusti Kanjeng Bupati …..
Kelihatannya ada sesuatu yang penting buat hamba
Bupati: Betut –betul….betul sekali Menak Sopal, ada hal yang sangat
penting dan segera engkau laksanakan.. Saat ini pula kalian harus
meninggalkan Kadipaten Trenggalek, sebab situasi saat ini sangat
gawat sekali karena Mbok Rondo Kerandon sudah menunggu kalian
di perbatasan Tugu – Ponorogo.
Menak Sopal:Terus hamba harus lewat jalan mana Gusti Kanjeng Bupati
Bupati: Kalian harus lewat jalan bawah tanah yang sudah dibuatkan oleh Ki Bajul Kowor atas perintah sayadan lubang pintunya mulai dari tengah- tengah DAM BAGONG di bawah Batu Gajah, jalan itu nanti tembusannya di Ponorogo lewat Sumur Gemuling yang di atasnya ditunggui oleh Mbok Rondo Kerandon.
Menak Sopal:Terimakasih Gusti Kanjeng Bupati ....... hamba telah paduka selamatkan dari kejaran Mbok Rondo Kerandon, hamba mohon maaf seandainya ada kata-kata dan perilaku hamba selama di kadipaten ini kurang berkenan, sekali lagi hamba mohon maaf dan sekalian hamba mohon pamit semoga dalam perjalanan hamba ke Mataram segera sampai dan selamat
Bupati:Terimakasih kembali Menak Sopal kami atas nama
rakyatTrenggalek tidak akan melupakan jasa-jasamu dalam
pembuatan DAM BAGONG yang sangat berguna bagi
masyarakat Trenggalek, dan mengucapkan banyak-banyak
terimakasih atas pengabdianmu selamaini
tanpa pamrih ikut memaiukan rakyat Trenggalek ......
Menak Sopal: Nyuwun pamit ...... Gusti Kanjeng Bupati ..... sembah sujud hamba,
semoga Trenggalek terus maju dan Terang Ing Galih.
Bupati: Sama-sama .....,,dan hati-hati diperjalanan Menak Sopalsalam
taklim saya ke Gusti Mataram
Menak Sopa: Nyuwun inggih……. Gusti Kanjeng,…… Mangestoaken dawuh
Nuwunnnnn……………
Dan dengan diantar oleh Bupati serta seluruh masyarakat Trenggalek Menak Sopal meneruskan perjalanan ke Mataram lewat terowongan bawah tanah mulai dari DAM BAGONG di bawah Batu Gajah. Sedangkan Mbok Rondo Kerandon yang menunggu diTugu – Ponorogo sampai bubuken dan tempat itu diberi nama GUNUNGBUBUK, karena tidak menemukan Menak Sopat sebab Menak Sopal tidak lewat jalan darat melainkan lewat jalan bawah tanah/ terowongan.
Selang beberapa lama setelah Menak Sopal meninggalkan Kadipaten Trenggalek menuju ke Mataram, Mbok Rondo Kerandon wafat karena badannya bubuken (menjadi bubuk,karena terlalu lama menunggu Menak Sopal).
Trenggalek sedikit demi sedikit men adi maju, aman dan sejahtera sampai sekarang berkat pertolongan dari EMPU MENAK SOPAL Senopati dari Kerajaan Majapahit.itu patut kits banggakan bahwa MENAK SOPAL adalah Tokoh Sejarah Babat Kota .
Trenggalek, Joyo-joyo wijayanti ...... Trenggalek Terang Ing Galih……. Trenggalek yang gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo ....... dan Trenggalek yang BERTEMANHATI saat ini. Hidup Kota Trenggalek .......... Hidup Pahlawan Menak ………………
Diakhiri/ Diiringi dengan lagu KUTO TRENGGALEK
Ditya Fitra Dhana
 
Hai.......
Salam kenal.
Aku Ditya dari Trenggalek. Aku bersekolah di SMPN 1 Trenggalek. Hobiku bulu tangkis dan silat. Mata pelajaran yang aku sukai : TIK ( Teknologi Informasi dan Komunikasi ). Cita - citaku ingin menjadi animator ( pembuat animasi ) Indonesia ).Bila ingin tahu diriku lebih lanjut ke alamat Facebook-ku : ditya.cyber@gmail.com
 
 
 
Pengunjung Website-ku
 
web counter
 
Today, there have been 4 visitors (7 hits) on this page!
This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free